Sunday, October 21, 2007

Seputar Mudik : Akhirnya Benar-Benar Mudik

Mudik tanggal 13 Oktober 2007 pagi setelah subuh. Jalanan lengang, sepanjang jalan tidak menemui truk bermuatan, yang ada mobil-mobil pribadi. Kecepatan rata-rata mobil 80 km/jam, hal yang mustahil di hari-hari biasa. Surabaya - Ngawi ditempuh dalam waktu 2,5 jam saja. Mantap kan???

O iya, kami sekeluarga berlebaran tanggal 12 Oktober dan hari itu juga si cinta masih harus masuk kantor.

Bawaan mudik lumayan banyak, terutama baju-baju si krucil, baju saya dan si cinta yang akhirnya muat dalam sebuah travel bag. Sepedanya si krucil tidak boleh ketinggalan, mainan-mainan favorit juga harus dibawa. Alhasil kabin belakang jadi penuh sesak. Makanan buat oleh-oleh di rumah sampai-sampai harus ditaruh di bangku tengah. Untungnya embak yang bantuin saya di rumah sudah pulang duluan, lumayan mengurangi beban berat mobil kecil keluarga kami.

Sesampai di Ngawi tujuan pertama kami adalah rumah Eyang Kakung dan Eyang Utinya si krucil [orang tua saya], berlebaran di sana dan menginap di sana juga. Baru keesoka lusanya kami bertiga "hijrah" ke rumah Mbah Kung dan Mbah Ti-nya si krucil [orang tua si cinta] untuk berlebaran dan menginap juga. Yaah begitulah kami, dengan mudah mengakses kedua orang tua karena memang kami diuntungkan berasal dari kota yang sama.

Hari-hari mudik didominasi acara pengajian [orang sering menyebut "Yasinan"] atas meninggalnya Embah sampai hari ketujuh. Karena acara pengajian yang dilakukan setiap malam ini akhirnya keluarga saya tidak mengunjungi Mbah yang ada di Bojonegoro, seperti yang setiap tahun kami melakukannya.

Menghadiri arisan keluarga juga menjadi agenda mudik tahun ini. Arisan keluarga yang saya maksud ini adalah kumpul-kumpul seluruh keluarga besar dari si cinta. Duuh, saya begitu o'on-nya ketika bertemu sekian puluh orang yang kebanyakan tidak saya kenal. untunglah saya tidak o'on sendirian, karena ada teman ngobrol yang lumayan o'on juga meskipun tidak se-o'on saya. Dia adalah istri dari kakak sepupunya si cinta, duuh bingung kan?? Biarin, saya juga bingung. Si cinta memang dari dulu sudah dekat dengan kakak sepupunya ini termasuk dengan istrinya, dan ternyata memang nyambung banget obrolannya dengan saya yang termasuk dalam kategori kaum muda kuper yang tinggal jauh dari keluarga. Hahahaha...

Acara seperti ini ternyata mempertemukan sekaligus memperkenalkan saya pada saudara-saudara jauuuuh yang ternyata tinggal satu kota yang tentu saja sebelumnya tidak saya maupun si cinta ketahui. Kalo diurut-urut secara silsilah sih memang jauh sekali, kita saudaraan-nya dari Mbah Buyut atau entah apalah istilahnya.Tapi akhirnya jadi tahu kalau ternyata kami punya saudara yang tinggal juga di Surabaya dan sekitarnya.

Hari Kamis kami menyempatkan diri mengunjungi Sarangan, sebuah tempat wisata di lereng Gunung Lawu yang terkenal dengan Telaga Pasirnya. Di hari libur lebaran seperti beberapa hari yang lalu ternyata tempat wisata tersebut ramai sekali didatangi pengunjung yang mungkin sebagian besar diantaranya adalah para pemudik dari luar kota [seperti saya]. Kami sempat makan sate kelinci, makanan khas yang tempat wisata tersebut. Si krucil bersama si cinta sempat naik kuda mengelilingi danau, saya menungguinya saja di kedai penjual sate, sambil makan sate tentunya. Setelah itu, kami berlima [o iya kami ke Sarangan berlima looh : saya, si cinta, si krucil, tante Ning, Dhiana] naik speed boat mengelilingi danau. Dilanjut naik "bebek" yang di"pancal" sendiri itu looh. Susah banget ternyata naik "bebek" ini, harus terus di"pancal" biar tetep jalan, udah gitu sering banget speed boat lewat membuat kemudi "bebek" amburadul terkena hempasan gelombang speed boat.

Hari Sabtu kami berlima balik lagi ke Surabaya. Looh koq jadi berlima?? Iya, kan ditambah 2 embak yang nemenin si krucil. Barang bawaan?? Bukannya berkurang, yang ada malahan bertambah banyak. Oleh-oleh mudik berupa mangga hasil kebun sendiri benar-benar membebani mobil. Sabtu malam kami sampai di Surabaya, beres-beres rumah dan tidur deeh.

Oleh-oleh mudik buat si krucil adalah terkena serangan batuk. Makan sembarangan, mengikuti sepupunya membuat si krucil seringkali terkena batuk setiap kali kami pulang ke Ngawi. Bagaimana tidak, mulai makanan yang tidak dikenal sampai minuman aneh tersedia di rumah. Seringkali si cinta memberi masukan kepada orang tuanya untuk mengurangi makanan-makanan tersebut tapi sepertinya memang sudah melekat dan menjadi kebiasaan yang susah dihilangkan. Akhirnya, pandai-pandainya saya dan si cinta membujuk si krucil atau bahkan menyembunyikan makanan atau minuman yang seharusnya tidak dikonsumsi anak-anak.

Terlepas dari itu semua, mudik selalu memberikan kegembiraan terutama kita bisa berkumpul bersama keluarga, hal yang mungkin hanya terjadi sekali dalam setahun terutama bagi para perantau.