Friday, August 31, 2007

Awalnya males, jadinya mules

Dodol..!?!?!?!! Sebenernya semalem tuh gue udah males aja bawa imunisasi si krucil kalo selain ke DSA langganan. Tapi berhubung pak dokter langganan itu lagi cuti sampai tanggal 9 September, akhirnya si papah bilang "gpp deh, lagian kan cuman imunisasi". It's OK, tapi ternyata *$(&*#$^^*&#Q&^... Geram deh rasanya...

Kesalahan gue semalem gak bakalan gue ulangin, dan terus terang gue nyeseeeel banget. Masak iya sih, seorang dokter yang ngakunya DSA, megang anak kecil kayak ogah banget. "Eits... itu sepatunya koq masih dipake", teriaknya jengkiretan kayak liat hantu. "Ibu, kalo anak sakit ya diobatin donk...", salah satu kata-katanya. "Gini buk megang anaknya...", enak aja nyuruh-nyuruh. Doooh, bikin mules banget sih ketemu ama bu dokter marikoko ini [tentu saja bukan nama yang sebenarnya].. Aduh dr Syaifullah [kalo yang ini nama sebenarnya looh], cutinya lama amat siih.. :(

"Sialan nih orang...", gue nimpalin dengan wajah ditekuk sepuluh kali yaa, pelan banget. Tapi kayaknya mbak perawatnya denger deh soalnya abis gue ngomong langsung ngeliat ke gue. Emang gue pikirin... Pas dah selesai, gue juga langsung ngeloyor pergi, gak pake terima kasih... Iiih, judes banget ya kesannya... Gak bakalan juga resep yang ditulis itu gue tebus, emang gue goblok apa, gini-gini gue tau dikit-dikit tata laksana anak batuk. Kan ikutan milis sehat, thanks alot bunda wati and SPs di milis sehat...

Pas balik ke depan, gue nanya ke mbak yang jaga di counter. "Mbak, dokter marikoko itu beneran DSA ya??!!!", tentu saja dengan wajah masih ditekuk sepuluh... "Iya, ibu...", jawabnya sambil senyum [tentunya]. "Tapi koq cara nanganin pasien aneh banget gitu, gak mencerminkan seorang DSA deeh..", protes gue sambil ngeloyor pergi.

Gue bukan type orang suka komplain sih, makanya mending gue ngeloyor aja. Tapi pastinya dalam hati gue dah berjanji, gak bakalan, gak lagi-lagi, ra sudi, dan apapun itu yang intinya gak bakalan lagi datang ke dia. Dan tentu saja kalo ada temen yang nanya, si marikoko ini gak bakalan ada dalam daftar rekomendasi. Jahat nggak sih gue???
Pas gue liat di daftar dokter, ealaaah dokter baru, daftarnya di paling bawah.

Pokoknya gak lagi-lagi deh ketemu dokter marikoko yang satu itu, bikin kepala mules perut pusing. Hahahaa... Untunglah, semalem itu hanya imunisasi saja...

Thursday, August 30, 2007

Bahkan kisah 1001 malam pun ada akhirnya

Dear cinta,
Hari ini perasaan yang pernah aku rasakan sekitar setahun yang lalu timbul lagi dalam diri ini. Waktu itu emosi diri ini begitu bergejolak.

Dear cinta,
Tapi kali ini gejolak emosi yang seperti itu sudah aku buang jauh-jauh. Aku bahkan tidak mengijinkan gejolak seperti itu merasuk dalam diri ini. Dan tahukah kamu, aku berhasil, cinta.

Dear cinta,
Maafkan diri ini yang hanya memendam cerita ini. Aku tidak ingin kebersamaan kita, malam-malam saat kita berdua terusik dengan cerita tentang dia dan mereka. Tapi cepat atau lambat, esok atau lusa dirimu pasti akan tahu. Kau benar-benar akan mendengar dari semua orang, melihat dari sekitarmu dan merasakan dengan hatimu.

Dear cinta,
Hari ini aku semakin tahu, dia bukan siapa-siapa. Setahun yang lalu dan sekarang dia tetap dia yang dulu, mereka tetap mereka yang dulu. Cukup sampai di sini semua kepercayaan itu tertuju padanya, selanjutnya menghapus semua kepercayaan itu mungkin lebih baik untuk diri ini.

Dear cinta,
Bersabar sepertinya lebih baik, menghindar rasa-rasanya lebih tepat. Tapi diri ini hanya bisa bersabar, tak mungkin menghindar karena aku tetap di sini, setahun yang lalu, sekarang dan mungkin sampai nanti. Meskipun penat, aku akan tetap bertahan, cinta...

Dear cinta,
Semua ini adalah bagian dari proses pematangan emosi, pendewasaan diri. Dan diri ini harus bersyukur bisa melalui bagian proses itu, meskipun kadang terasa berat.

Dear cinta,
Bahkan kisah 1001 malam pun ada akhirnya. Dan aku menunggu akhir kisah itu..

---
Dody, gw nge-grabbed shout-out loe yaaach...

Pufff, capek deh cinta... Tapi aku tetap cinta kamu koq, "dia" dan "mereka" itu bukan siapa-siapa koq.. Semua yang di sini [sebagian] hanya kiasan saja.. Kalau kamu baca posting ini dan nanya ke aku, pasti aku cerita koq...

Tuesday, August 28, 2007

Picture of me, kiriman dari seorang teman

Obrolan di pantry [kantin] siang ini diakhiri dengan seorang teman menyelutuk "bentar lagi aku gambar kalian-kalian, pokoknya semuanya mau aku gambar". Tentu saja yang dimaksud semuanya bukan seisi kantor, gile apa mo gambar wajah-wajah orang sekantor kalo dihitung secara kasar bisa sampe 70 orang belum termasuk security & office boy. Yang dimaksud semuanya itu tentu saja para cewek saja, yang jumlahnya cuman segelintir, bisa dihitung pake jari tangan [plus jari kaki] deh pokoknya.

Dan setelah obrolan di kala makan siang itu selesai, semuanya tentu pada balik ke meja kerja masing-masing karena sudah kenyang. Dan tak lama berselang "tuuung", ada sebuah pop-up window di pojok kiri bawah, tandanya ada email masuk tuuuh.. Ya itu tuuh, dari temen yang tadi janjiin mo gambar wajah para cewek di kantor itu tadi.

Yes, it's me.. (with my new hair style, she said)


Ternyata dalam imajinasi si teman itu, diri ini akan tampak seperti gambar di atas. Nampak seperti orang oon kagak yaa?? :-/ Terlepas dari itu semua kiriman itu cukup menarik sebagai sebuah email di siang bolong begini, at least bisa jadi obat kantuk...

Monday, August 27, 2007

Potret masa lalu : sebuah kenangan indah terukir

Angkot-angkot itu, yang penuh sesak atau lebih tepatnya kalo saya tulis berjubel dengan anak-anak berseragam sekolah, yang tadi pagi secara langsung saya mengamatinya sebenarnya bukan pemandangan aneh apalagi langka. Namun hal kecil sebagai bagian dari rutinitas kesibukan di pagi hari itu lebih sering terlewatkan karena diri ini mulai menyusuri jalanan ketika anak-anak berseragam tersebut sudah masuk kelas dan sibuk dengan aneka kegiatan sekolahnya. Sungguh, pemandangan tadi pagi itu membuka lembaran kenangan-kenangan di masa lalu, masa-masa diri ini masih duduk di bangku sekolah yang setiap pagi diawali dengan bangun pagi, sarapan lalu menunggu angkot di depan rumah yang nantinya akan membawa diri ini lebih dekat dengan gerbang sekolah.

Tiba-tiba diri ini merindukan saat-saat itu, merindukan sebuah bangunan besar di Jalan Ronggowarsito No.1 di kota kecil Ngawi. Lebih tepatnya, diri ini merindukan masa-masa sekolah, dimana kenangan-kenangan manis dan pahit tertoreh di sana. Kenangan-kenangan itu yang dulunya utuh namun semakin lama semakin terpecah-pecah menjadi lembaran puzzle yang semakin lama semakin hilang satu per satu di antaranya. Tapi apabila diri ini bisa menjaga kenangan itu, Insya Allah tidak sampai hilang sama sekali dari ingatan ini.

Teman-teman yang dulunya [tentu saja] masih penuh keluguan, pernah mengalami pertengkaran antar teman, di situ pulalah diri ini menemukan persahabatan. Bahkan pernah juga diri ini mengalami kisah cinta-monyet, yang kalau diingat-ingat, semuanya itu tidak lebih dari sebuah kekonyolan. Idih, jadi malu mengingatnya, apa jadinya seandainya diri ini tiba-tiba saja secara tidak sengaja bertemu dengan si monyet itu. Oh, my....

Antara meeting seharian dan project di kampung seberang

Hari ini meeting seharian, gak jelas juga jluntrunge (baca: tujuannya). Ba-bi-bu, suara si moderator sampai detik ini masih terdengar di sini, di ruang meeting. Pada akhirnya diri ini memilih menarik diri dari jabatan MoM [Minutes of Meeting] writer, soalnya lama kelamaan puyeng juga menulis risalah meeting sementara suara cuap-cuap memenuhi telinga kiri-kanan dan lebih memilih posting di sini lewat HP.

Terkesan nakal memang, tp kan memang posisi saya bukan mom writer, semuanya diri ini lakuin karena keinginan untuk membantu saja, kalo yang dibantu sudah available sah-sah aja kan mundur. Tapi Alhamdulillah, meeting seharian ini tidak sia-sia, ada hasil yang malam ini juga akan dituangkan ke dalam sebuah proposal untuk selanjutnya diajuin ke pihak yang berwenang.

Di lain hal, pagi menjelang siang tadi si papah cintaku menelpon, ngasih tau kalo rancangan lantai carport di tunggu biar bisa secepatnya dikerjakan. Iya, tahap renovasi our-family- project di kampung seberang itu sudah merambah sampai ke depan, semoga cepet kelar dan bisa segera ditempatin.

Buat our-family- project ini, saya dan papah sudah banyak banget meluangkan waktu, pikiran dan tentu saja [ujung-ujungnya] duit. Tapi itu masih tahap awalnya saja, masih banyak yang bakal menyita lebih banyak waktu, pikiran dan [lagi-lagi] duit untuk tahap selanjutnya.

Tapi kita happy koq, karena kalo kembali ke tujuan awal kita berdua kalau semua ini demi our lovely son [Nabil], rasa-rasanya gak ada yang terasa berat. Doain semoga berjalan lancar, dan tidak ada halangan suatu apapun sehingga akhir tahun ini bisa segera moving ke kampung seberang.

Friday, August 24, 2007

Semuanya Ini Cukup Menghibur

Setelah beberapa kali punya kesempatan bereksplorasi dengan gokart, pada akhirnya kejenuhan datang menghampiri juga. Meskipun pihak circuit rental telah mengubah lintasan dengan memodifikasi beberapa tikungan[sejak kunjungan pertama sampai yang terakhir kemarin -10 Agustus 2007, sirkuit telah mengalami 2 kali perubahan], toh kejenuhan ini tidak bisa dihindari lagi.

Terbukti pada permainan gokart terakhir saya, diri ini merasa ingin segera menginjak rem untuk mengakhiri. Namun lambaian bendera hitam-putih yang menandakan heat telah usai tak kunjung terlihat setiap kali saya melewati lintasan lurus di start/finish-grid. Dan rasa-rasanya kontrol terhadap kemudi juga sedikit berbeda dari biasanya, terasa lebih berat. Pada akhirnya pencapaian the fastest lap hanya tercatat pada angka 33,xx detik, padahal sebelum-sebelumnya saya bisa mencatat 31,xx detik. Eeehm, bukan bermaksud pamer, karena sebenarnya catatan waktu saya tersebut masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan yang lain, yang bisa tembus angka 29,xx detik. Untuk sekedar diketahui, 1 heat berlangsung selama 5 menit. Jumlah lap yang dicapai tergantung kecepatan gokart selama 5 menit tersebut.

Begitulah mungkin, bagaimanapun atau apapun kalau dilakukan dengan kondisi hati sedang tidak mood atau lebih tepatnya dilakukan dengan setengah hati akan terasa berat. Dan seandainya hari ini ada tawaran untuk turun ke lintasan lagi, diri ini akan berpikir 2 kali, tidak seperti sebelumnya, langsung diiyakan saja.


Lain dengan gokart, All Terrain Vehicle atau yang lebih populer disebut ATV ini juga cukup oke punya untuk dijadikan hiburan ataupun olah raga alternatif. Saya berkesempatan mencobanya beberapa waktu lalu bersama beberapa rekan kantor, di luar jam kerja kantor tentunya. Awalnya, dengan melihatnya saja diri ini sudah keder, tidak terbayang sedikitpun sebelumnya kalau rodanya sebesar itu. Apalagi ada salah seorang teman yang selalu terseok-seok pengendaliannya, menambah ketidak-pedean diri ini semakin muncul ke permukaan. Dan juga hanya diri ini satu-satunya cewek yang akan turun di lintasan yang menyerupai lintasan off-road itu.

Tanah kering, berdebu, tidak rata, berkelok-kelok, naik dan turun. Begitulah kira-kira lintasan yang akhirnya saya coba tersebut. Di atas sebuah sepeda motor dengan 4 roda, yang menurut namanya [All Terrain Vehicle] bisa untuk berkendara di medan yang berlumpur sekalipun, akhirnya diri ini meluncur pelan dan pasti. Lebih menyerupai seorang tuan tanah yang mengunjungi lahan pertaniannya daripada seseorang yang sedang melakukan off-road. Berjalan pelan-pelan sambil berusaha menjaga ATV tetap berada dalam lintasan ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah. Selain berat, lintasan yang berupa gundukan-gundukan tidak rata itu cukup menyita konsentrasi diri ini, dan pada akhirnya kecepatan kira-kira 20 km/jam sudah cukup memuaskan diri ini.

What's next?? Mungkin dalam waktu dekat adalah rafting atau lebih dikenal sebagai arung jeram. Tapi berhubung dalam waktu dekat datang pula bulan Ramadhan, mungkin rafting yang keempat kali buat diri ini harus ditunda sampai setelah lebaran.

Thursday, August 23, 2007

My beloved hubby

Sudah 2 malam ini si dia [my lovely hubby] tidak tidur di rumah, tidak bisa berangkat-pulang kerja bareng2, tidak pula bisa menemani diri ini makan siang jika menu makan di kantor sedang tidak cocok di lidah, bahkan tidak juga memberikan pelukan hangat :)

Dia sedang berada di Malang, hanya terbentang jarak [lebih kurang] 80 km dari diri ini. Tapi kala hati sedang merindu seperti ini jarak seberapapun terasa jauh.

Dia, suamiku tercinta, Papah yang baik buat Nabil. Kesabaran yang ada padanya, kegigihan hatinya untuk meyakinkan diri ini bahwa dirinya bisa menjadi suami yang baik akhirnya meluluhkan hati ini untuk mengakhiri petualangan cinta :)

Dan benar saja, rengekan manja diri ini kala menginginkan setangkai bunga mawar putih misalnya, tidak sedikitpun membuatnya marah. Dia bukanlah sosok romantis yang bisa dengan mudah mengungkapkan perasaan cinta lewat kata2, puisi2 cinta atau bahkan kejutan2 kecil. Awalnya saya sulit menerima bahwa dia begitu adanya. Tapi seiring kebersamaan yang kita jalani, melalui pendewasaan diri, semakin menyadari diri ini apa arti mencintai yang sesungguhnya. Mencintai tanpa prasyarat apapun, menerima kekurangan tanpa menuntut apapun.

Tangannya tidak pernah sedikitpun merasa berat ketika harus turun tangan mencuci pakaian kotor, tidak pula merasa enggan menggantikan diri ini menjaga Nabil kala masih bayi. Dia tidak meminta diri ini melayani, menyiapkan sepiring nasi ketika lapar, menyemirkan sepatu ketika hendak memakainya, atau bahkan memilihkan baju mana yang hendak dia pakai layaknya seorang istri melayani sang suami. Mungkin semuanya itu karena pengaruh kehidupan dia sebelum menikah, hidup di tempat kos, menjelajah dari satu kota ke kota lain demi sesuap nasi & segenggam berlian :)

Atau mungkin si dia tidak mau merepotkan sang istri tercintanya ini.

Sebulan yang lalu, 25 Juli, usianya genap 33 tahun. Iya, usianya memang terpaut 10 tahun dari saya. Tapi siapa yang mengira?? Si mata sipit ini memang tidak boros wajah [kata sebagian orang], bahkan beberapa relasi kerjanya [baca: vendor] ada yang menebak "I think you're not more than 28 years".

Terima kasih untuk rasa cintamu untuk diri ini [dan Nabil tentunya], banyak sekali yang telah saya pelajari darimu. Mengurangi kecengengan, egoisme pribadi, kemanjaan diri dan semua sifat-sifat negatif lain yang dulunya melekat di diri ini. Meskipun tidak serta merta semuanya sifat itu menghilang dari diri ini. At least, perubahan yang terjadi itu merupakan proses pendewasaan diri, proses pendewasaan hubungan cinta kita yang Insya Allah akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Lebih dari itu semua, masih banyak hal-hal lain yang telah si dia lakukan untuk diri ini, yang tentu saja tidak bisa saya tuliskan di sini. Namun, yakinlah, diri ini merekam semuanya dalam ingatan, menyimpan dalam hati.


"Mentari pagi, teriknya siang dan gelapnya malam senantiasa berputar seperti cinta kita yang tiada henti berputar"


Diri ini yakin, untuk menuliskan puisi seperti di atas [kalaulah pantas disebut sebuah puisi], dia pasti harus memutar otak ekstra keras. Dan saya cukup tahu bagaimana menghargai sebuah puisi dari si dia, menjadi banner di http://maula-nabil.blogspot.com/ saya kira cukup adil bukan??

Dedicate to my beloved husband & also the great father for our lovely son.

with love - hERna

Bersepeda [malam] bagus untuk keluarga

Gileee, siapa sangka kalo 1 1/2 jam yang lalu gw barusan bersepeda ria keliling perumahan. Bukan dalam usaha membakar kalori, bukan juga kebiasaan gw buat olahraga malem, dan tentu saja bukan dalam rangka ronda malem.

Semuanya hanya karena si krucil kecil gw yg tiba2 nangis kejer2 ngajak jalan2 keluar rumah. Awalnya pas masih di dalam kamar si krucil ngajak keluar kamar, giliran pas udah di luar kamar dinego lagi diri ini. "uwar agi... uwar agi.." rengeknya sambil tangannya nunjuk2 keluar. Ya sudahlah, nego akhirnya diterima daripada si krucil tereak2 bangunin para tetangga, bisa runyam urusannya.

Pintu depan yg sudah tertutup dan [tentunya] terkunci rapat2 mengindari si kucing garong masuk rumah pada akhirnya, mau gak mau harus dibuka. Begitu sudah di luar ternyata udara lebih segar, bulan menampakkan separo wajahnya dan langit lumayan cerah. Hal yg mungkin saja sering terlewatkan dari pengamatan diri ini. Tapi ternyata [lagi-lagi] bukan rembulan itu yang diinginkan si krucil, bukan pula cicak-cicak di dinding tetangga depan yg membuatnya pengen keluar rumah.

"ayook hallan-hallaaan..." ajaknya sambil menunjuk ke luar pagar. Lagi-lagi gw harus membuka kunci pagar yg tentu saja sudah terkunci pula. Semoga gak ngajakin jalan-jalan ke ujung gang sana, pintaku dalam hati. Tapi sepertinya malem ini memang waktunya si emak ngalah ama krucilnya. Dengan menggendongnya, akhirnya kulangkahkan juga kaki ini keluar pintu pagar mengikuti semua kemauannya. Kali aja dengan begitu si krucil jadi merasa ngantuk, ngajakin pulang and then sleep till the morning comes..

Tapi ternyata, sampai 1/2 perjalanan menuju ke ujung gang, si krucil kagak mau diajakin pulang ke rumah. Akhirnya papah gak tahan juga kaki-tangan-pipi dan yg lainnya dijadiin santapan nyamuk, back home for a while to take a bike. So that the 3 of us can ride bycicle, isn't it nice? Geloo, edyan, kurang kerjaan, crazy atau apapun ungkapan yang cocok buat kita bertiga, larut malem gini tamasya sepeda sekeluarga.

"Ayook mama, liat buayaa..", waah satu permintaan diturutin berbuntut banyak banget. Tentu saja gak ada buaya di sekitar perumahan, itu sebutannya si krucil aja buat kolam ikan di belakang perumahan, yg ada di kolam itu hanya ikan, kecil2 pula. Ogah banget kalo ke kolam itu, apalagi ban belakang sepeda terasa kempes.

Akhirnya diri ini mau tidak mau harus merelakan diri berlari-lari kecil untuk mengimbangi kayuhan kaki si papah yg bersepeda dengan si kecil.

Itu baru sebagian gambaran orang tua. Tapi jangan takut dulu, karena bahkan hal-hal seperti itu yg bikin kita bertiga happy. Dan akhir dari cerita bersepeda ini, kita bertiga tertidur pulas sampai pagi.

Wednesday, August 22, 2007

Ingin belajar [lagi]

Entah mengapa tiba-tiba saya kembali punya keinginan untuk bisa memainkan gitar. Iya, kembali punya keinginan, karena beberapa waktu silam saya pernah sedikit mempelajari alat musik petik yang satu ini. Tapi tiada suatu hasil yang saya dapat, waktu itu yang saya dapat hanya ujung jari-jari tangan yang menebal, yang mungkin tidak pernah diinginkan seorang wanita. Tapi saya cuek saja, tidak peduli.. Toh saya bukan tipe wanita feminin yang gusar melihat jari tangan tiba-tiba menjadi kasar.

Semoga, dalam waktu dekat saya bisa menyisihkan sedikit uang untuk membeli sebuah gitar, dengan izin sang suami tentunya. Dan semoga si dia mengijinkan saya, mengingat tagihan kartu kredit terakhir saya mencapai 10 kali lipat tagihan si dia.

Dan semoga saja keinginan saya, atau lebih tepatnya mimpi saya untuk bisa mempelajari alat musik yang satu ini menghasilkan sesuatu, minimal bisa memainkan satu petikan yang bisa menemani diri ini di kala sepi (wattaw....). Seperti saat ini, saat si dia berada di luar kota, saya merasa kesepian.

Saya dan Internet

Beruntunglah diri ini, fasilitas internet selalu tersedia sebagai pendamping kala bekerja. Lebih beruntung lagi karena saya masih bisa melakukan setting proxy server yang sebenarnya hanya bisa dilakukan oleh para administrator. Sebenarnya hal itu bukanlah suatu keberuntungan, tapi lebih tepatnya sebuah kompensasi dari user yang saya dapat untuk mengakses local network, meskipun user tersebut masih di bawah administrator. Dimana sebuah aplikasi local maintenance terminal (LMT) yang terinstall di laptop ini hanya bisa dijalankan jika si pengguna /user melakukan login ke local network.

Tapi kalau dihitung-hitung, hasil akhirnya tetap saja saya lebih diuntungkan. Jadi teringat akhir tahun 2005 silam ketika saya menjalani cuti melahirkan selama 3 bulan. Dan apa hasil dari cuti selama 3 bulan tersebut? Tagihan pulsa telepon saya membengkak sampai jutaan rupiah hanya untuk membayar sebuah fasilitas internet di rumah. Akhirnya, awal tahun 2006 saya harus merelakan perusahaan melakukan pemotongan gaji saya sebagai kompensasi penggunaan pulsa yang melebihi jatah yang telah diberikan perusahaan kepada saya. Saat-saat itulah saya merasakan betapa diri ini tidak bisa lepas dari fasilitas internet. Jadi kesimpulannya, beruntunglah saya masih bisa menggunakan fasilitas internet setiap saat saya membutuhkan.

So, how lucky I am...

Sentuhan emosi dalam sebuah Iklan

Akhir-akhir ini secara tidak sengaja saya temukan beberapa iklan di televisi lebih menekankan emosi pemirsa daripada hanya sekedar memperkenalkan produk yang ditawarkan. Mungkin sebenarnya sudah banyak iklan yang serupa, namun karena diri ini tidak begitu menyukai acara yang ditayangkan televisi, akhirnya ya baru tau sekarang. Hihihi, basi banget nggak siih...

Salah satu yang selama ini saya amati adalah Susu Ultra (maaf, menyebutkan merek), dimana emosi pemirsa disentuh dengan adegan iklan yang mengisyaratkan kasih sayang seorang ibu terhadap buah hati tercinta. Cerita lengkapnya saya lupa, tapi satu yang pasti, emosi pemirsa benar-benar digelitik oleh sebuah cerita singkat tentang kemurnian cinta kasih seorang ibu terhadap buah hati tercinta. Hehehe, maaf kalo cerita versi yang ini kurang lengkap.

Dan satu lagi iklan sebuah produsen rokok yang begitu menyentuh emosi pemirsa, sekaligus sebagai persembahan Dirgahayu Indonesia ke 62. Iklan dengan tagline "Rumahku Indonesiaku" ini sungguh menggugah rasa cinta kita terhadap negeri ini. Menggugah hati setiap pemirsa untuk senantiasa bangga mempunyai tanah air Indonesia.

ketika aku melihat sesuatu yang tak pernah kulihat sebelumnya
mataku terbuka
betapa indahnya negeri ini

dan ketika kumerasakan hal yang tak pernah kurasakan sebelumnya
hatiku terbuka
betapa besarnya bangsa ini

hanya di sini
di rumahku yang membengtang luas ke empat penjuru
kupersembahkan seluruh jiwa dan ragaku
dan kupastikan takkan ada yang mampu merebutnya dariku
hanya di sini di INDONESIA





Sebenarnya masih ada lagi yang masih bisa terekam oleh ingatan ini, iklan susu lagi sih. Tapi yang ini kalo tidak salah susu Indomilk (maaf, lagi-lagi sebut merek). Ceritanya suatu pagi ada seorang ibu naik becak dan turun ke sebuah sekolah. Ibu tersebut datang ke sekolah dengan membawa termos dan datang untuk menemui anaknya. Ibu tersebut minta ijin ke wali kelasnya untuk menemui sang anak hanya untuk memberikan segelas susu hangat yang dibawa di termos tersebut. Menyentuh sekali...

Sayang, saya tidak bisa menggambarkan dengan baik ketiga iklan yang saya maksudkan di atas... Tapi satu yang pasti, saya suka sekali penyajian iklan seperti itu daripada hanya sekedar "belilah produk ini karena bla bla bla...".

Di luar semua opini saya di atas, saya tetap menghargai setiap ide kreatif yang tersaji dalam sebuah iklan. Bukannya iklan juga hasil karya :)

Tuesday, August 21, 2007

Belajar tanpa batas

Belajar tidak harus berada di bangku sekolah atau jalur pendidikan. Hal itulah yang sekarang saya berusaha camkan dalam diri sendiri. Dimana belakangan ini saya berusaha memaksakan diri (awalnya) untuk berusaha mencari berbagai sumber pengetahuan yang tentu saja harus bisa menambah pengetahuan saya yang saya anggap masih cukup sempit.

Blog bisa menjadi alternatif saya untuk bisa mengenal dunia yang lebih luas lagi dari hanya sekedar dunia yang sedang saya geluti saat ini. Di luar sana banyak sekali para blogger (sebutan untuk para pemilik blog) yang bisa berbagi cerita melalui blog-blog pribadinya.

Hari ini saya sedikit belajar tentang psikologi anak, yang ternyata tidak segampang yang selama ini saya bayangkan. Meskipun saya sendiri belum bisa sepenuhnya menerapkan pada satu-satunya buah hati, minimal dalam diri ini ada keinginan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dari sini pula saya belajar bagaimana menjadi sosok orang tua yang baik untuk anak.

Beberapa hari yang lalu saya mendapat kiriman artikel yang cukup menarik dari seorang teman baru, yang saya kenal lewat friendster. Sebuah artikel yang menceritakan sebuah dunia yang jauh berbeda dengan apa yang selama ini saya jalani, bahkan sebuah dunia yang jauh dari angan-angan saya. Sebuah perjalanan hidup seorang lelaki, sekaligus seorang suami dan seorang ayah dari 2 buah hati. Cerita seorang staff UNMIL (United Nation Mission In Liberia) cukup menggelitik angan saya untuk berusaha menjelajah dunia lain yang selama ini tidak pernah tergapai oleh angan sekalipun.

Di hari yang lain saya terdampar pada sebuah blog seorang dokter muda yang cantik, yang saya rasa dia mempunyai kehidupan yang sempurna bersama sang suami dan seorang buah hati yang cantik nan pintar.

Masih banyak lagi cerita-cerita menarik lainnya yang saya temui setiap kali saya mendamparkan diri, angan dan pikiran saya ke dalam dunia tanpa batas yang seringkali dinamai internet. Melihat sisi lain kehidupan yang disuguhkan dunia tapi masih belum tersentuh oleh ujung jemari kita. Menjangkau impian bebas tanpa batas yang kadang belum pernah kita memimpikannya sekalipun.

Berbekal itu semua saya mempunyai tekad untuk membekali diri ini bukan hanya sekedar apa yang selama ini saya hadapi. Saya menyadari sepenuhnya bahwa diri ini tidak bisa terkungkung oleh keadaan seperti ini selamanya. Masih banyak hal menarik yang bisa saya dapatkan di luar sana, masih banyak kesempatan yang bisa kita cicipi, masih berlimpah peluang untuk menuju yang lebih baik.

Semoga...

Today I promise to myself to start a really new day in my whole life. I'll start to learn about all the things that will give some improvement to me. I think a lot of book will be in my queue list have to read. No matter what all people say, I'll make a change for myself, as long as these change will make me better, make me feel enjoy and of course make me happy.

Hope there isn't just on my imagination.. I'll keep on fighting...