Monday, April 14, 2008

Kenangan itu, haruskah dilepas??

Sedih rasanya ketika harus melepas kenangan yang beberapa tahun terakhir gue dan keluarga torehkan di sana. Ketika awal pernikahan kita, ketika Nabil terlahir dan besar di sana, ketika kita merencanakan satu dan lain hal tentang keluarga.

Sore ini rasanya sedih banget ketika ada orang yang berniat mengontrak asset terbesar kita, yang bagi kita berdua nilainya lebih besar dari sekedar uang 500 juta. Hiikss, papah... Koq gue sedih ya kalo harus menghadapi kenyataan bahwa rumah kita mau dikontrak orang dan Insya Allah tahun depan dibeli oleh orang yang sama...

Huuuaaaaaaaaaa, *srooott*, huuuwaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....

Sebenarnya banyak yang nanya, "kenapa koq dijual?? kan bisa dijadikan asset, dikontrakin saja..."

Pertimbangan kita antara lain :
1. Daerah perumahan dimana rumah pertama kita berdiri adalah daerah banjir, yang tidak punya saluran air yang memadai. Sehingga, hujan lebat selama 3 jam berturut-turut bisa dengan sukses menimbulkan genangan air sebetis orang dewasa, meskipun selama ini air tidak pernah masuk rumah. Kita berdua jadi mikir, apa jadinya 5 sampai 10 tahun kedepan kalo tetap gak ada saluran air.

2. Kalo mo dijadikan instrument investasi sepertinya kita berdua pengennya gak di perumahan situ, mengingat-menimbang banjir itu. Dan sepertinya instument investasi yang lebih enak perawatannya bukan rumah, tapi tanah.

3. Gue gak begitu cucok sama design rumah, dimana kamar utama kurang sinar matahari dan juga kurang sirkulasi udara. Tapi papah bener-bener alergi ama yang namanya renovasi rumah yang ternyata menurut pengalaman pribadi sangat-sangat-dan-sangat menguras tenaga, pikiran, waktu dan yang pasti UANG. You know, kita budgeting sekian rupiah buat renovasi ternyata actual-nya bisa mencapai 2 kali lipat dari budget awal.

4. Kita berdua sepertinya gak selamanya di Surabaya, artinya ada peluang rotasi or mutasi dari tempat kerja gue dan papah. So, kita berdua anggap dikontrak or dibeli orang sebagai kemudahan yang kita dapat.

5. Sebagai bentuk rasa syukur kita, Insya Allah, kita berdua dah ber-nadzar kalo rumahnya laku mo berangkatin haji keempat orang tua kita. Biar didoa'in gak sedih lagi or bisa beli rumah lagi..

Tapi.... tapi.... tapi.... koq rasanya tetep sedih gini yhaaa... Huuuhuuu, rasanya gak rela banget kalo kenangan keluarga kita direnggut orang lain.

Hhuuuwwwwwaaaaaaaaa, rumah itu benar-benar asset yang berharga buat kita berdua. Dibeli papah akhir tahun 2003 sebagai salah satu persiapan sebelum kita berdua menikah, belinya patungan dengan gaji kita yang saat itu masih pas-pas-an. Akhir tahun 2004 kita tempatin berdua setelah beberapa bulan direnovasi. Akhir tahun 2005 Nabil lahir dan belajar segalanya di sana. Akhir tahun 2006 kita beli rumah yang sekarang kita tempatin. Akhir tahun 2007 kita berencana pindah rumah tapi karena kitchen set blom beres molor sampai awal tahun 2008.

Kalo ngeliat siklus di atas, harusnya akhir tahun 2008 gue ngelahirin anak kedua, tapi sepertinya blom soalnya blom ada tanda-tanda jadi bumil (ibu hamil). Trus akhir tahun 2009 kita beli rumah lagi, wekekekeke *AMIIIINNNN*

Kesimpulannya, HIKKKSSSSSSSSS TETEP SEDIH kalo harus melepas kenangan kita berdua... Papah, hibur gue dwoonk, beliin bebek goreng kek...