Wednesday, November 21, 2007

Sebuah Refleksi Diri

Merujuk tulisan saya kemaren, dalam beberapa saat akhirnya saya menyadari bahwa seyogyanya tulisan seperti itu tidak saya tampilkan dalam blog ini. Bukan karena tuntutan dari beberapa pihak, bukan juga karena ketakutan diri ini dalam suatu hal ataupun yang lainnya, hehehe...

Tapi mungkin memang digariskan begitu adanya, karena ternyata melalui tulisan itu saya mendapat sebuah advice dan support dari om yang satu ini. Dan melalui perbincangan melalui media chat setelah sekian lama tidak bersapa melalui dunia maya, akhirnya terbukalah pemikiran diri ini yang seharusnya diselubungi cara berpikir yang positif.

Saya sudah terbiasa hidup berdampingan dengan orang dari berbagai kalangan usia, yang kebanyakan lebih senior [kalaulah tidak mau disebut lebih tua] dibanding dengan saya. Malahan mungkin sejak usia dini, diri ini memang terbiasa dengan lingkungan multi usia, sebut saja begitu. Misalkan saja sejak usia TK/SD tak jarang diri ini mempunyai banyak teman seusia SD kelas 5 atau 6 atau bahkan sudah menginjak usia SMP. Usia pendidikan saya yang lumayan dini juga menuntut diri ini selalu berada di lingkungan dimana seringnya saya mendapat predikat "yang termuda" dan itu terbawa sampai pada lingkungan kerja.

Hal tersebut diri ini rasakan bisa saja berpengaruh dalam perkembangan emosi. Bisa saja saya terseret dengan kehidupan yang menuntut saya harus berfikir dan bertindak lebih dewasa, atau bahkan lebih dewasa dari usia saya saat ini. It's OK, dan saya menganggap hal-hal seperti ini memang harus saya dapatkan dari University of Life, begitu kebanyakan orang menyebutnya. Namun kadang tak jarang pula diri ini merasa bisa saja semau gue, karena merasa sebagai "anak bungsu", yang seharusnya tidak bisa dijadikan sebuah pembenaran.

Dan dari pengalaman saya selama ini dan semua akumulasi kejengkelan saya yang akhirnya membuncah tempo hari itu mengenai si sontoloyo itu, akhirnya mata, hati dan pikiran ini terbuka lebar-lebar. Selama ini mungkin memang saya terlalu menutup diri untuk suatu perubahan, so mungkin saat inilah waktunya saya memperbaiki diri. Selama ini mungkin diri ini terlalu sibuk mencari-cari kekurangan ataupun kkesalahan orang lain, hingga akhirnya menutupi cara berpikir logis dalam otak ini. Namun semuanya adalah proses pembelajaran dan pendewasaan diri.

Ketika orang yang berada di sekitar saya, menurut pandangan diri ini kurang matang dalam berpikir, itu akan menjadi bahan untuk diri ini bisa instrospeksi, bahwa tidak semua orang bisa menerima ketidakdewasaan diri ini.
Bahwa ketika orang yang berada di sekitar saya bertindak gegabah tanpa mempertimbangkan segala konsekuensinya, itu akan menjadi koreksi diri ini bahwa setiap apa yang kita kerjakan selalu ada konsekuensinya.
Ketika orang berpikiran sempit, itu akan menjadi penyemangat saya bahwa sekaranglah waktunya melihat setiap masalah dari sudut pandang yang luas dan selalu berusaha positive thinking atas segala sesuatu di sekitar kita.
Ketika orang di sekitar saya dengan mudahnya bisa marah-marah ataupun melempar kesalahan ke orang lain, itu akan menjadi refleksi diri bahwa bersabar jauh akan lebih baik, dan bertanggung jawab adalah pilihan terbaik atas semua yang kita lakukan.
Bahwa ternyata untuk menjadi pendengar yang baik itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Seringkali kita mungkin tidak sadar bahwa selama ini seringnya menuntut orang lain untuk bisa mendengarkan apa yang kita ungkapkan tanpa tahu kalau ternyata tidak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik. So, learn to listen and understanding what others want..
Bahwa ketika saya tidak menyukai orang lain karena suatu hal ataupun sebaliknya, tidak seharusnya saya dengan serta merta bisa dengan mudah mendiskreditkan keberadaannya ataupun sebaliknya.

Apapun itu, saya ternyata masih rentan oleh pengaruh lingkungan di sekitar saya sendiri. Tapi pastinya saya harus bisa membentengi diri sendiri dari pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin bisa masuk. Dan semuanya adalah sebuah proses belajar melalui University of Life. Dan semuanya yang terjadi pada diri ini sesantiasa bisa menjadi sebuah refleksi diri untuk menjadi bekal perjalanan ke depan.

"We can always choose: To change ourlife, our mindset and behaviour or let people and environment make the change for us.. :D"
Saya akan coba pegang dan camkan kata-kata itu untuk selalu menyemangati diri sendiri.
Kita selalu bisa memilih : mengubah kehidupan, cara berpikir dan tingkah laku kita atau membiarkan orang lain dan lingkungan yang akan mengubah kita.
Let's see...
Thanks a bunch for your support
...