Tuesday, December 4, 2007

Esensi Kemarahan

Saya pernah marah, atau malahan mungkin bisa dikategorikan sebagai orang yang sering marah alias pemarah. Saya pernah mengungkapkan kemarahan saya dengan berbagai macam ekspresi. Mulai dari yang diem aja sambil manyun ke sana ke sini, marah dengan ngomong kenceng ke seseorang, dan yang terakhir adalah saya hanya mengungkapkan kalau sedang kecewa karena suatu hal.

Ternyata dari sekian ekspresi marah saya itu, yang terakhirlah yang tetap membuat saya tenang menghadapi kemarahan saya sendiri. Dan ini terjadi beberapa minggu belakangan, ketika seseorang tidak menepati janjinya dan benar-benar membuat saya kecewa. Saya sangat marah waktu itu, tapi saya berusaha berpikir jernih untuk tidak ngomong kenceng ke orang itu. Saya cuma mengungkapkan bahwa saya benar-benar kecewa bahwa janji yang sudah jelas-jelas dituliskan di atas kertas tidak bisa ditepai pada waktunya.

Dan apa jadinya, seseorang tersebut masih bisa dengan lembut juga menjelaskan kenapa hal seperti itu bisa terjadi, yang seharusnya tentu saja tidak terjadi. Dan meminta maaf telah tidak bisa menepati janjinya.

Alhamdulillah, saya bisa mengontrol emosi saya sendiri. Saya merasa, itulah yang membedakan saya dengan orang-orang arogan di luar sana. Yang kadang, tanpa berperasaan bisa membentak ke orang lain hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya sedang marah ataupun sedang kecewa. Saya sendiri tidak ingin mendapatkan tumpahan amarah dari orang lain, jadinya saya sebisa mungkin bisa mengontrol nafsu amarah sendiri.

Dan pagi ini saya membaca sebuah artikel menarik yang nyasar di inbox saya, yang mungkin berguna buat semuanya.

---

Anger Management
Sumber: Tidak Diketahui

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar.
Seseorang yang tidak bisa merasa marah -tidak bisa disebut penyabar;
karena dia hanya tidak bisa marah.
Sedang seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola
kemarahannya untuk tetap berlaku baik dan adil adalah seorang yang
berhasil menjadikan dirinya bersabar.

Dan bila Anda mengatakan bahwa untuk bersabar itu-sulit, Anda sangat
tepat; karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap
mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah
berhak untuk berlaku melampaui batas.
Kesabaran bukanlah sebuah sifat, tetapi sebuah akibat.

Perhatikanlah bahwa kita lebih sering menderita karena kemarahan
kita, daripada karena hal-hal yang membuat kita merasa marah.
Perhatikanlah juga bahwa kemarahan kita sering melambung lebih
tinggi daripada nilai dari sesuatu yang menyebabkan kemarahan kita
itu, sehingga kita sering bereaksi berlebihan dalam kemarahan.
Hanya karena Anda menyadari dengan baik –tentang kerugian yang bisa
disebabkan oleh reaksi Anda dalam kemarahan, Anda bisa menjadi
berhati-hati dalam bereaksi terhadap apa pun yang membuat Anda
merasa marah. Kehati-hatian dalam bereaksi terhadap yang membuat
Anda marah itu lah yang menjadikan Anda tampil sabar.

Kemarahan adalah sebuah bentuk nafsu.

Nafsu adalah kekuatan yang tidak pernah netral, karena ia hanya
mempunyai dua arah gerak; yaitu bila ia tidakmemuliakan,pasti ia
menghinakan.

Nafsu juga bersifat dinamis, karena ia menolak untuk berlaku tenang
bila Anda merasa tenang. Ia akan selalu memperbaruhi kekuatannya
untuk membuat Anda memperbaruhi kemapanan Anda.

Maka perhatikanlah ini dengan cermat; bila Anda berpikir dengan
jernih dalam memilih tindakan dan cara bertindak dalam kemarahan,
nafsu itu akan menjadi kekuatan Anda untuk meninggalkan kemapanan
Anda yang sekarang -untuk menuju sebuah kemapanan baru yang lebih
tinggi.

Tetapi, bila Anda berlaku sebaliknya, maka ke bawahlah arah
pembaruan dari kemapanan Anda.

Itu sebabnya, kita sering menyaksikan seorang berkedudukan tinggi
yang terlontarkan dari tingkat kemapanannya, dan kemudian
direndahkan karena dia tidak berpikir jernih dalam kemarahan.

Dan bila nafsunya telah menjadikannya seorang yang tidak bisa
direndahkan lagi, dia disebut sebagai budak nafsu.
Kualitas reaksi Anda terhadap yang membuat Anda marah, adalah
penentu kelas Anda.

Kebijakan para pendahulu kita telah menggariskan bahwa untuk menjadi
marah itu mudah, dan patut bagi semua orang. Tetapi, untuk bisa
marah kepada orang yang tepat, karena sebab yang tepat, untuk tujuan
yang tepat, pada tingkat kemarahan yang tepat, dan dengan cara yang
tepat -itu tidak untuk orang-orang kecil.

Maka seberapa besar-kah Anda menginginkan diri Anda jadinya?

Memang pernah ada orang yang mengatakan bahwa siapa pun yang membuat
Anda marah-telah mengalahkan Anda. Pengamatan itu tepat-hanya bila
Anda mengijinkan diri Anda berlaku dengan cara-cara yang merendahkan
diri Anda sendiri karena kemarahan yang disebabkan oleh orang itu.

Itu sebabnya, salah satu cara untuk membesarkan diri adalah
menghindari sikap dan perilaku yang mengecilkan diri.
Kita sering merasa marah karena orang lain berlaku persis seperti
kita.

Perhatikanlah, bahwa orang tua yang sering marah kepada anak-anaknya
yang bertengkar -adalah orang tua yang juga sering bertengkar dengan
pasangannya.

Bila kita cukup adil kepada diri kita sendiri, dan mampu untuk
sekejap menikmati kedamaian kita akan melihat dengan jelas bahwa
kita sering menuntut orang lain untuk berlaku seperti yang tidak
kita lakukan.

Dan dengannya, bukankah kemarahan Anda juga penunjuk jalan bagi Anda
untuk menemukan perilaku-perilaku baik yang sudah Anda
tuntutdariorang lain,tetapi yang masih belum Anda lakukan?

Lalu, mengapakah Anda berlama-lama dalam kemarahan yang sebetulnya
adalah tanda yang nyata bahwa Anda belum memperbaiki diri?
Katakanlah, tidak ada orang yang cukup penting yang bisa membuat
saya marah dan berlaku rendah.
Bila Anda seorang pemimpin, dan Anda telah menerima tugas untuk
meninggikan orang lain; maka tidak ada badai, gempa, atau air bah
yang bisa membuat Anda mengurangi nilai Anda bagi kepantasan untuk
mengemban tugas itu.

Ingatlah, bahwa orang-orang yang berupaya mengecilkan Anda itu-
adalah sebetulnya orang-orang kecil.

Karena, orang-orang besar akan sangat berhati-hati dengan perasaan
hormat Anda kepada diri Anda sendiri. Bila mereka marah pun kepada
Anda, mereka akan berlaku dengan cara-cara yang mengundang Anda
untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Sedangkan orang kecil? Orang-orang kecil membuat orang lain merasa
kecil agar mereka bisa merasa besar.

Anda mengetahui kebesaran yang dijanjikan untuk Anda. Maka besarkan-
lah orang lain.